Matematika, Bukan Merupakan Pelajaran Yang Sulit Untuk Di Pelajari
Banyak para siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang
membosankan, membingungkan untuk di pelajari. Tapi kalau kita berfikir
tentang pelajaran yang kita sukai pasti pertanyaa tadi akan terjawab,
kenapa dan bagaimana?. Misal kita suka pelajaran komputer maka kita akan
cepat menangkap materi-materi yang diberikan oleh para guru kita
mengenai pelajaran computer. Apa sebabnya?.
Kita mahir komputer karena kita suka dengan pelajaran koputer maka tak
heran jika kita serius dalam mempelajarinya, sehingga kita belajarpun
merasa senang dan bersemangat untuk belajar. Tapi kenapa matematika
sulit untuk di pelajari oleh sebagian siswa?. Apalagi sekarang
metematika menjadi suatu momok yang menakutkan bagi para sebagian siswa.
Karena matematika termasuk pelajaran yang di ujikan negara bisa di
sebut Ujian Nasional (UN). Setiap tahun pasti ada saja drama siswa tidak
lulus Ujian Nasonal di sebabkan karena nilai matematika siswa tersebut
di bawah Standar Kelulusan. Bahkan bisa dibilang matematika sering
menempati tempat tertinggi siswa yang tidak lulus Ujian Nasional.
Karena didalam dirinya sudah tertanam rasa tidak suka dan rasa tidak
keingintahuan yang besar tentang matematika lain halnya dengan komputer
yang dalam diri sudah tertanam rasa keingintahuan yang besar. Setiap
kita ingin mempelajari suatu hal entah itu pelajaran ataupun hal yang
lainnya, yang paling penting, pertama harus ada dalam diri kita rasa
suka dan rsa keingintahuan yang besar. Jika hal tersebut tidak ada maka
akan tersa sulit bagi kita untuk mempelajari hal terebut.Banyak orang
yang baranggapan bahwa seorng / siswa siswa yang sulit menagkap
pelajaran / materi matematika di anggap sebagai anak yang bodoh.
Sebenarnya kalau kita bisa positif tidak ada anak yang bodoh, hanya saja
kita kita menerjemahkan hal tersebut dalam satu sisi tanpa
memperhatikan hal lainnya. Kita ambil contoh saja antara dua anak ini:
Amir dan Andi.
Amir disekolah terkenal sebagai anak yang pintar dan ber prestasi, tiap
menerima raport dia pasti mendapat rangking 5 besar, tapi lain Amir lain
pula halnya dengan Andi. Disekolah dia memang prestasinya tidak begitu
baik, tapi siapa yang tau ternyata di luar sekolah, sebut saja di
lapangan. Saat dia bermain bola Andi begiu pandai beramain bola sampai
dia pernah menjadi pemain inti disekolahannya, tapi lain halnya dengan
Amir yang tidak bisa bermain bola .
Sekarang bisa di tarik kesimpulan siapa yang pandai dan siapa yang
bodoh?. Dari sini kita bisa tau bahwa tidak ada anak yang bodoh,
tergantung dari kita dari mana kita memandang hal tersebut. Bukannya
mereka bodoh hanya saja sebagaian dari mereka kurang bisa menangkap
pelajaran yang diberikan oleh para guru-guru mereka.
Sebetulnya kalau para guru-guru sudah bisa menemukan bagaimana cara
penyampaian / menyampaikan pelajaran di sekolah pasti para siswa dapat
dengan mudah menagkap etip pelajaran yang diberikan oleh para guru,
sehingga mereka lebih siap untuk menghadapi Ujian Nasional, dan
Ujianujian lain.
Salah satu penyebab siswa kurang menyukai matematika adalah kurangnya
rasa keingin tahuan mereka mengenai matematika, padahal matematika
merupaken pelajaran ya mengasyikan untuk dipelajari. Mereka beranggapan
matematika merupakan pelajaran yang membingungan setiap hari bertemu
dengan angka-angka yang membingungkan. Cara penghitungan menggunakan
banyak rumus dan dengan cara yang membingungkan.
Sebetulnya bukan karena matematika sulit hanya saja cara penyampaiannya
yang kurang tepat. Banyak siswa beranggapan pelajarn matematika apa
gunanya dalam kehidupan, bagaimana cara penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari?. Padahal tanpa kita sadari ternyata matematika banyak
manfaatnya dalam kehidupan. Sederhananya saja, saat kita ingin membeli
barang belanjaan contohnya kita ingin membeli kaos yang harganya Rp.
35.000,00 padahal uang kita Rp. 50.000,00 sudah barang tentu dalam diri
langsung bisa menebak kembalian uang kita Rp. 15.000,00 tanpa kita
menggunakan kalkulator.
Contoh lagi saat kita berbelanja di Supermarket tertera Discount 50%
pada hal barang tersebut harganya Rp. 150,000,00 sudah barang tentu kita
akan tau bahwa harga sesungguhnya setelah di potong Discount 50% yaitu =
Rp. 150.000,00 x 50% = Rp. 75.000,00 . Contoh lagi Dimensi 3 ,contoh
saja Balok / Kubus tanpa kita sadari ternyata banyak manfaatnya dalam
pembuatan rumah, box tempat susu, untuk menghitung laba dan rugi dan
lain sebagainya. Ini semua tak lepas dari matematika bukan?.
Salah satu sebab siswa susah untuk menerima materi yang di berikan
adalah konsep dan cara penyampaiannya kurang tepat. Seharusnya sebelum
siswa mengenal matematikaada baiknya siswa mengetahui apa itu
matematika?, Bagaimana proses penerapan matematika dalam
kehidupan?,sehingga dengan penjelasan tersebut siwa dapat termotivasi
untuk lebih serius dan senang mempelajari matemaatika, sehingga siswa
bisa lebih fokus dan serius dalam menerima / mempelajari matematika.
Selain itu materi yang diberikan harus komplit jangan meloncat-loncati
bab lain.
Karena matematika antara bab satu dan bab lainnya saling berhubungan.
Contohnya: antar dimensi 2 dan dimensi 3,antara matriks dan persamaan
linier melalui metode eliminasi dan subtitusi, dll. Kalau mulai dari
awal siswa sudah kurng paham maka untuk memehami bab selanjutnya yang
masih ada hub dg bab sebelumnya siswa akan kesulitan untuk memahaminya.
Apalagi jika kehadiran guru pengajar sering tidak hadir sehingga
penyampaian materi akan terputus
Yang terpenting dalam penyampaian materi tersrbut para guru harus
mengetahui keadaan psikolagi siswanya, apakah keadaan siswa tersebut
senang atau tidak tertekan sehingga penyampaiannya lebih cepat. Selain
itu juga faktor guru menjadi faktor terpenting dalam penyampaian materi.
Banyak siswa yang beranggapan banyak guru yang mengajar matematika
mudah marah atau dalam menerangkan kurang jelas. Biasanya kalau siswa
tidak mengerjakan PR para guru memberi hukuman yang bisa di bilang
kurang pas, misalkan siswa di hukum untuk menyapu, membersihkan WC,dll.
Seharusnya guru bisa memberi hukuman kepada siswa leih mendidik, seperti
siswa disuruh mengerjakan PR yang belum di kerjakan di depan guru, atau
mencatat materi yang baru. Dan yang yerpenting jangan sampai ad aunsu
kekerasan.
Dalam penyampaian materi pun harus sebaik dan semenarik mungkin sehingga
siswa bisa tertarik dengan materi yang akan di berikan. Seperti dalam
menerangkan memakai LCD / Komputer, atau juga bisa diadakan praktek yang
berhubungan dengan materi yang di berikan,karena siswa lebih suka bila
materi di sajikan dalam bentuk praktek. Jadi bisa di tarik kesimpulan
dalam mempelajari matematika bukan hanya dari faktor siswa itu
tersendiri, tapi faktor guru dan penyampaian materi juga menjadi faktor
terpenting.
ceria, begitulah anak-anak
12 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar